Sunday, June 27, 2021

Modul 1.4.a.10 Aksi Nyata - Budaya Positif

 Modul 1.4.a.10 Laporan Aksi Nyata  

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM  UPAYA PENINGKATAN SRADA BAKTI DAN CINTA LINGKUNGAN 
PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 GIANYAR

Oleh : Ni Putu Wahyuni
CGP Angkatan ke - 2, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali


A. Kerangka Aksi Nyata



B. Rancangan Aksi Nyata


C. Latar Belakang 

Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang siswa yang aman, nyaman, dan bermakna. Sebuah tempat yang dirancang sedemikian rupa guna dapat mengembangkan murid yang diharapkan dapat menjadi pribadi yang berpengetahuan, berkarakter baik, bertanggung jawab, penuh hormat, dan berpikir kritis. Dalam budaya sekolah meyakini bahwa setiap murid memiliki potensi positif damlam menjalani kodrat mereka sebagai seorang anak baik itu menyangkut kodrat alam maupun kodrat zaman. Dalam pengembangan keterampilan serta sikap yang dimiliki tersebut sekolah bertujuan untuk mewujudkan siswa yang memiliki profil pelajar Pancasila melalui penerapan budaya positif. Budaya positif mengajarkan kita agar dapat membiasakan sikap disiplin positif yang mengajarkan murid dalam berketerampilan sosial dan memiliki kehidupan saling menghormati dan kesadaran dari dalam diri.

Disiplin positif menekankan pada membangun kekuatan murid dari pada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif mereka untuk mempromosikan perilakau baik yang mereka miliki. Hal ini memberikan pedoman yang jelas bagi murid untuk berperilaku yang dapat diterima, dan mendukung mereka untuk memiliki kesadaran dalam mematuhi pedoman ini.

D. Deskripsi Aksi Nyata

Dalam mengupayakan budaya ajar yang baik, budaya positif di sekolah tidak berdiri sendiri. Karena dibutuhkan sinergitas antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam pembiasaan-pembiasaan positif yang diterapkan. Pembiasaan positif dan percaya akan kekuatan diri akan membudaya dan berakar, sehingga menjadi budaya yang dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif dan berketerampilan sosial di sekolah. Mengapa harus disiplin positif, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin dan menunjukkan kekuatan diri yang berdasarkan kesadaran individunya. Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya taat terhadap sebuah aturan dan pentingnya siswa dalam menyadari kekuatan dirinya agar dapat lebih percaya diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati baik itu di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Taat bukan karena ada konsekuensi dibalik semua itu, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri. Mulai dari diri yang merupakan ciri dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk.

Penerapan budaya positif seperti religius, disiplin dan toleransi antar sesama dikaitkan dengan nilai-nilai profil Pelajar Pancasila yaitu: Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan dan bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar pembiasaan positif. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong royong sesama.

Dalam perwujudan Visi guru penggerak sebelumnya, peran seluruh warga sekolah erat kaitannya dengan seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga sekolah bersinergi dan saling menguatkan serta menumbuhkan kekuatan diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati melalui pembiasaan-pembiasaan positif. Jika pembiasaan sudah membudaya, dan menjadi karakter individunya dalam sebuah institusi sekolah maka akan dengan mudah visi dari guru penggerak diciptakan. Begitu juga nilai-nilai dan peran guru penggerak yaitu pembelajaran berpusat pada murid, dengan kolaborasi, refleksi, guru akan mudah berinovasi dan kemandirian belajar menjadi sebuah keniscayaan jika karakter guru nya kuat. Mengapa harus berpusat pada murid, karena sesuai dengan refleksi filosofi pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran dengan sistem among. Guru sebagai fasilitator di depan menjadi contoh, ditengah sebagai penyemangat dan di belakang menjadi pendorong demi majunya sebuah Pendidikan yang bermula dan berpusat pada kebutuhan murid.

Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah. Memunculkan kekuatan, dan menyamarkan hal-hal yang bersifat stagnan. Sehingga yang diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan berkolaborasi membentuk kekuatan diri dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah sehingga siswa dapat berketerampilan sosial dan saling menghormati antara teman di lingkungannya baik di sekolah, rumah maupun di masyarakat. Dengan memulainya dari kekuatan diri, menjadi kekuatan kelas, dan kekuatan sekolah.

Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi dari guru penggerak. Kelas adalah miniatur dari sekolah, dan sekolah adalah miniatur dari bangsa. Bangsa yang berbudi pekerti baik serta berdisiplin positif bermula dari bangku-bangku di sekolah. Sehingga bagaimana menumbuhkan budaya positif adalah bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas dan upaya guru berinteraksi dengan muridnya.

Bagaimana menyentuh individu-individu agar memiliki kekuatan diri dalam berketampilan sosial dan saling menghormati bisa diawali dengan menciptakan iklim komunikasi dua arah dimana hal ini merupakan cara efektif mengetahui harapan-harapan dari seorang murid terhadap proses pembelajaran yang dia peroleh dan impikan. Pentingnya mengetahui harapan dan impian murid adalah salah satu Tindakan reflektif dalam proses pembelajaran serta penerapan nilai dan peran guru.

Komunikasi dua arah juga memberikan kesempatan murid bertanya, dengan pembiasaan bertanya disinilah awal mula kekuatan diri muncul dan membentuk karakter bernalar kritis. Kekuatan diri ini akan menimbulkan rasa percaya diri pada murid karena merasa dihargai dan didengarkan. Ketika murid memiliki aspirasi dan dapat mengeluarkan pendapatnya itu merupakan suatu apresiasi luar biasa bagi sebuah interaksi guru dan murid. Membangun kekuatan diri murid adalah sangat penting karena dengan kekuatan diri ini akan muncul kepercayaan diri pada murid yang akan menjadi bekal untuknya dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati antar sesama teman dan guru di lingkungan sekolahnya. Ketika empati dan karakter lain seperti bernalar kritis muncul sebagai akibat dari sebuah interaksi disitulah akan muncul kreatifitas dan inovasi-inovasi murid. Sehingga karakter dan budaya positif akan dengan sendirinya muncul berawal dari pembiasaan positif di kelas.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan pesraman sekolah dan menyadarkan siswa arti pentingnya dalam merawat lingkungan di sekolah dalam kaitannya Srada Bhakti dan cinta lingkungan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap pola dan kebiasaan siswa dalam berinteraksi terhadap sesamanya. Dampak yang ingin dilihat adalah kesadaran siswa akan kekuatan positif yang dimiliki oleh dirinya sehingga dapat berketarampilan soasial dan saling menghormati dan memiliki kesadaran dalam berdisiplin positif sehingga dapat membangun budaya positif dimanapun murid tersebut berada. Berawal dari peran guru penggerak dalam membudayakan disiplin positif dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

1. Sosialisasi Budaya Positif kepada semua pemangku kepentingan disekolah

2. Membangun komonikasi dua arah antar guru sejawat dalam rangka membangun kekuatan diri siswa dalam berinteraksi sosial dan saling menghormati antar sesama siswa dan siswa dengan gurunya di sekolah.

3. Membangun disiplin positif siswa dalam menerapkan budaya positif baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat melalui peningkatan Srada Bhakti dan cinta lingkungan.

4. Merefleksi kegiatan disiplin positif dalam rangka membudayakan Srada Bhakti dan cinta lingkungan dalam upaya meningkatkan kekuatan diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru.

Aksi nyata kali ini bertujuan menumbuhkembangkan budaya positif di sekolah. Mengajak semua masyarakat sekolah dan pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyebar secara menyeluruh ke semua aspek sekolah terutama dikalangan murid dengan motivasi dan dukungan para guru pengampu mata pelajaran serta bimbingan wali kelas dalam disiplin positif yang yang telah dibiasakan sehingga dapat menjadi budaya yang telah mengakar dan menjadi nilai dari kekuatan diri.

Untuk menerapkan pembiasaan dari budaya positif ini diperlukan komonikasi dua arah  antara guru penggerak dengan pemangku kepentingan, karena konsekuensi bersama terhadap sebuah aturan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan kesepakatan  bersama yang dirancang di dalam kegiatan pesraman dalam upaya meningkatkan Srada bakti dan cinta lingkung. Srada Bakti dapat meningkatkan kekuatan yang ada pada diri siswa sehingga mereka dapat memiliki keterampilan dalam berinteraksi sosial dan saling menghormati terhadap sesaman teman dan gurunya, Dimana kita ketahui, belakang banyak sekali terjadi kejadian dan permasalahan ketika hilangnyanya kesadaran murid dalam menghormati sesamanya bahakan terhadap gurunya sendiri. Karakter baik haruslah mulai dibangun dari diri sendiri dan dibiasakan oleh lingkungannya sehingga dapat menjadi sebuah budaya positif. 

Kegiatan kedua yang dilakukan selain pesraman adalah piket harian yang dilaksanakan secara bergilir oleh seluruh siswa dan tersebar di seluruh lingkungan sekolah dalam rangka menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri. Ketika lingkungan tempat siswa belajar baik, maka siswa akan dapat menyerap pelajaran dengan baik pula. Siswa menyadari hal ini dan dengan disiplin datang tepat waktu di setiap jadwal piketnya, dan dengan penuh kesadaran melaksanakan tugas mereka di bagian yang telah ditentukan.

E. Hasil Dari Aksi Nyata

Respon para murid tentang disiplin positif ini awalnya adalah sebuah kebingungan, karena ini merupakan hal yang baru bagi mereka, namun setelah dilakukan pendekatan oleh guru mereka dapat menerimanya dengan sangat baik. Begitu juga dengan para guru dan pemangku kepentingan sekolah seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua murid, komite, dan semua tenaga kependidikan, serta semua warga di lingkungan sekitar sekolah. Tantangan dalam menerapkan budaya positif, adalah menghadapi murid yang sedang mengalami masa peralihan dari anak-anak menuju pra-dewasa dimana karakter keakuan mereka lebih menonjol, namun dengan pendekatan yang baik tentu saja mereka dapat lebih memahami dan menyadari makna di balik penerapan budaya positif ini. Peningkatan kekuatan diri yang dapat menonjolkan hal-hal positif yang ada pada diri tentu saja dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa yang nantinya dapat membantu mereka dalam berinteraksi dan sikap saling menghormati dengan sesama temannya atau pun dengan para guru di sekolah.

Perasaan senang dan apresiasi mereka terhadap penerapan budaya positif melalui kegitan pesraman dan kebersihan membuat mereka menjadi bersemangat dalam meningkatkan kekuatan diri dalam berdisiplin positif yang dilaksanakan. Perubahan tampak terjadi pada penilaian mereka terhadap diri sendiri dan pandangan mereka terhadap orang lain dan melihat sudut masalah mereka. Awalnya setiap murid melihat temannya mulai dari sis negatifnya, kekurang yang dimiliki dirinya dan temannya dan melihat masalah dari sisi negatif serta menyalahkan orang lain terhadap suatu masalah yang tidak doharapkan. Namun setelan dilakukan pendekatan yang baik dan dilaksanakan secara bertahap dalam beberapa hari, terjadi perubahan-perubahan pandangan pada diri mereka. Mereka mulai melihat kekuatan diri, dan kekuatan positif yang dimiliki oleh temannya, serta mulai dibiasakan untuk berpikir positif terlebih dahulu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Proses ini membuat mereka lebih bersemangat karena pemikiran positif, dan motivasi intrinsik yang nimbulkan perasaan bahagia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tantangannya adalah ketika terdapat siswa yang merasa dirinya memiki kekuatan diri lebih baik dibandikan yang lainnya sehingga bukannya jadi memiliki keterampilan sosial yang baik dan sikap saling menghormati yang muncul tapi menjadi pribadi yang sombong dengan sikap keakuan yang tinggi. Disinilah dijelaskan kembali makna sebenarnya dari Srada Bakti dimana srada merupakan keyakinan,  dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan agama yang dianutnya. Sebagai umat beragama kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada dan menghidupi setiap mahluk hidup serta tentang adanya hukum karma pala yang akan tetap berlaku bagi siapapun baik yang percaya maupun yang tidak percaya. Sedangkan bhakti adalah sebuah persembahan kerja tanpa memikirkan hasil dari penyerahan diri secara total. Srada dan bakti harus senantiasa menjiwai setiap gerak langkah umat bergama. Dengan demikian apa yang kita kerjakan akan bermanfaat bagi kehidupan kita baik di dunia maupun setelah kita mati.

F. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan Aksi Nyata

Proses aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan harapan karena waktu pelaksanaan yang terbatas waktu dan aturan prokes dari pemerintah sehingga kegiatan ini tidak merata didapat oleh seluruh siswa. 

Jika pelaksanaan pesraman dan kegiatan kebersihan dapat terlaksana dengan baik, tentunya dapat membentuk budaya positif yang lebih merata dengan cepat. Hal-hal baik akan muncul pada setiap diri siswa menjadi sebuah kesadaran dalam melaksanakan disiplin positif, membangun kekuatan diri yang positif, dan menyelesaikan masalah mulai dari hal-hal positif maka siswa akan memiliki keterampilan sosial yang baik dan sikap saling menghormati baik terhadap sesama temannya maupun terhadap guru. Kehidupan sekolah akan menjadi lebih bersemangat dan lebih harmonis karena hal ini telah dengan sadar dilaksanakan tanpa adanya hukuman maupun menuntut hadiah atas apa yang telah dilakukan sehingga dapat menjadi budaya positif yang dapat dicontoh dan dilaksanakan pula oleh sekolah lainnya.

G. Rencana Perbaikan Untuk Pelaksanaan Di Masa Yang Akan Datang

Adapun rencana perbaikan untuk dapat dilaksanakan di masa mendatang adalah pelaksanaan pesraman ini akan menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk mengisi kegiatan libur sekolah dalam rangka membangun hal-hal positif yang terdapat pada diri siswa, membangun dan meningkatkannya ke arah yang lebih baik lagi. Minggalkan sifat keakuan yang berlebihan yang akan menimbulkan kesombongan dan rasa keakuan yang berlebihan. Kegiatan ini lebih bertujuan dalam membentuk kekuatan positif diri dalam pembiasaan disiplin positif yang dilaksanakan melalui kegiatan pesraman dan pembersihan lingkungan sekolah yang dilaksanankan secara kontinu dan konsisten sehingga dapat menjadi budaya positif yang dapat ditonjolkan sekolah kita.

Perubahan yang dilakukan adalah dimulai dari kesadaran pada diri sendiri bahwa ada karma phala atas segala perbuatan yang kita lakukan sebagai manusia sehingga hendaknya kita harus menyadari bahwa jika kita menginginkan suatu hasil yang baik, maka harus ada perbuatan baik yang kita laksanakan dan itu kita mulai dari diri sendiri, dari keluarga, sekolah, yang dilanjutkan hingga dilingkungan masyarakat.

Dengan kontrol guru, semua siswa melkukan refleksi atas apa yang telah mereka dapatkan dari kegiatan pesraman dan kegiatan pembersihan lingkungan sekolah sebagai wujud dari srda bahti dan cinta lingkungan. Perubahan yang diharapkan akan mampu dirasakan oleh para siswa dimana terjadi peningkatan kesadaran dalam diri mereka untuk melaksanakan disiplin positif dalam kualitasnya dapat meningkatkan kekuatan diri mereka secara positif. Jika hal ini dapat terus dilaksanakan secara konsisten, maka disiplin positif ini dapat menjadi budaya positif yang tentunya dapat meningkatkan kualitas diridalam berketerampilan sosial dan sikap saling menghormati antar sesama.

H. Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kegiatan pesraman


Foto 1,2,3: Proses perencanaan kegiatan Pesraman, mulai dari pendekatan terhadap Kepala Sekolah, Komite, Pemuka agama di sekolah, dan para guru di lingkungan SMPN 2 Gianyar  

Foto 4, 5: Pelaksanaan pembukaan pesraman dimulai dengan kegiatan bersembahyang bersama secara agama Hindu

Foto 6, 7: Pembukaan acara pesraman yang dibuka secara resmi oleh bapak Kepala SMP Negeri 2 Gianyar

Foto 8, 9: Proses pelaksanaan Pesrama yang diisi dengan pemahaman tentang Srada Bakti, yang dilanjutkan dengan diskusi dan kegiatan mejaitan bagi guru dan siswa perempuan. Sedang bagi siswa laki-laki membuat klatkat.

Foto 10, 11: Kegiatan penutupan pesraman dilaksanakan dengan melaksanakan persembahyangan bersama di Padmasana sekolah.


Kegiatan pembersihan lingkungan sekolah

Foto 1:  Pengarahan pembagian wilayah bagi siswa yang akan melaksanakan kegiatan pembersihan lingkungan sekolah

Foto 2,3: Kegiatan siswa dalam menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan sekolah

Foto 4,5, dan 6: Kegiatan siswa dalam menjaga kebersihan sekolah hingga di luar lingkungan sekolah




Demikianlah laporan dari Aksi Nyata yang saya lakukan. Semoga dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi yang lainnya.



No comments:

Post a Comment

Festival Panen Hasil Belajar

FESTIVAL PANEN HASIL BELAJAR  PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN II PADA KEGIATAN LOKAKARYA KE-7 12-13 NOVEMBER 2021 DI RUMAH LU...