1.1.a.9. Koneksi Antar Materi
Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
Sebagai seorang pendidik, saya mempercayai bahwa tiap anak yang berbeda memiliki perkembangannya masing-masing meskipun pada anak kembar. Ada Anak yang penakut, agresif , pendiam dll yang dikenal dengan individualitas, bahwa kebudayaan mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak dimana setiap anak dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda, ada anak yang cerdas,ada yang lambat,ada yang kecerdasannya dalam bidang sains, Bahasa, matematika, music,spasial, gerak motoric dll, tetapi dalam pembelajaran di kelas masih menggunakan sistem paket, yang penting KD tertentu selesai walaupun ada siswa siswa yang belum menyelesaikan KD tersebut, namun karena berpacu dengan waktu dan menyamakan dengan sekolah lain maka fokus mengejar target materi, sehingga di dalam kelas saya belum mampu menjadi teladan seperti yang diharapkan bapak Ki Hajar Dewantara.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?
Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak dengan kata lain pendidikan itu merupakan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka dapat menjadi manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20). Berdasarkan kutipan tersebut mengartikan kita sebagai kaum pendidik dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak itu agar dapat memperbaiki jalan kehidupan dan pertumbuhan masa depannya yang dapat dilakukan misalnya dengan membangun komunitas di sekolah untuk menyiapkan masa depan anak agar menjadi manusia berbudaya tidak hanya untuk pribadi tetapi juga dapat berdampak baik pada masyarakat.
Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Besarnya pengaruh Pendidikan itu terkoneksi dan menjadi satu kesatuan dengan kebudayaan dimana untuk mencapai masa depan anak yang kita mimpikan dan kita cita-citakan pendidikan menjadi landasan pembentukan peradaban bangsa yang tidak bisa ditolerir lagi. Pendidikan diperlukan sebagai pondasi yang kuat demi terwujudnya peradaban kebudayaan yang baik sehingga membawa dampak baik pula bagi kehidupan anak dalam bermasyarakat. Adapun dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) yang berkaitan dengan filosofi Pendidikan yang harus dijadikan pedoman di antaranya kodrat anak, kodrat zaman, dan budi pekerti. Kodrat Anak : Pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat anak agar dapat memperbaiki laku hidupnya dan tumbuh kekuatan kodrat anak berdasarkan benih yang dibawa oleh tersebut. Kodrat Zaman : Melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Budi Pekerti : Watak merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga untuk berlaku.
Demi terwujudnya pemikiran KHD diperlukan seorang pendidik yang memiliki nilai Mandiri, Kolaboratif, Reflektif, Inovatif, dan Berpihak pada anak. Nilai-nilai tersebut bertujuan untuk menjadi bekal dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada anak, bermakna, dan lahirnya anak dengan profil pelajar Pancasila.
Contoh konkret dalam penerapan nilai-nilai tersebut adalah :
- MENUNTUN : Memberikan tuntunan terhadap anak agar dapat memperbaiki pemahaman dan perilakunya.
- PETANI : Memberikan tindakan yang sesuai dengan kodrat yang dibawa oleh anak.
- MANDIRI : Melaksanakan tanggungjawab sebagai pendidik dengan mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
- KOLABORASI : Menerapkan model pembelajaran kolaboratif saat pembelajaran sehingga terbangun kecerdasan dalam berkomunikasi antarsesama.
- REFLEKTIF : Selalu mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran.
- INOVATIF : Menyajikan suatu tantangan dan batasan dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik akan berusaha mencari solusi alternatif.
- BERPIHAK PADA ANAK : Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengenali karakter anak lebih awal sebelum kegiatan pembelajaran, guru menjadi fasilitator dan mediator.
Dengan berbekal nilai tersebut, maka seorang guru atau pendidik bisa mewujudkan harapan Pendidikan seperti yang tercantum di atas, yaitu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Selain pemahaman terhadap dasar-dasar pemikiran KHD peran seorang guru adalah untuk menjadi agen transformasi Pendidikan Indonesia. Hal ini dapat terwujud jika seorang pendidik dapat memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan dan diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Apakah cukup hanya berbekal memahami materi saja? Tentu tidak! Masih ada satu materi lagi yang memiliki hubungan erat dalam mewujudkan Pendidikan yang dapat memberikan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Materi tersebut adalah budaya disiplin positif bukan hukuman. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid, disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para murid tersebut serta mengajarkan murid tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid dapat memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri serta menghargai orang lain.
Disiplin sebaiknya merupakan hal-hal berikut ini, yaitu :
- Fokus dalam mengoreksi dan mendidik
- Mendorong tanggung jawab dan disiplin diri
- Jangan pernah merusak atau membahayakan martabat pelajar maupun pendidik
Disiplin positif bukanlah :
- Membiarkan peserta didik melakukan apa pun yang mereka inginkan
- Tentang tidak memiliki aturan, batasan atau harapan
- Tentang reaksi jangka pendek
- Hukuman alternatif untuk menampar, memukul atau mempermalukan.
Disiplin positif bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan pembuatan kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas terutama pada saat awal semester baru, saat ada murid yang melakukan hal yang tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, serta ketika awal masuk sekolah setelah libur panjang.
Adapun panduan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah sebagai berikut.
- Tanya pendapat murid (Anak akan merasa dibutuhkan dan dianggap ketika guru melibatkan mereka dari awal kegiatan).
- Tanyakan ide dari anak untuk mencapai kelas impian (Anak akan merasa dilibatkan dalam mengatur kelas. Ini lebih efektif daripada menyampaikan hal apa saja yang dilarang atau tidak boleh dilakukan).
- Ambil kesimpulan dari ide murid (Perjelas kesepakatan kelas melalui kegiatan diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari murid).
- Ubah ide menjadi kesepakatan kelas (Buatlah poster yang berisikan kesepakatan kelas yang disetujui di akhir kegiatan diskusi. Hindari penggunaan kata jangan dan dilarang. Sebaiknya menggunakan kata yang positif sebagai panduan tingkah laku).
- Tanda tangani kontrak kesepakatan kelas (Guru bersama siswa menandatangani poster yang dibuat. Untuk murid PAUD bisa menggunakan cap tangan).
- Lihat bersama poster kontrak kesepakatan (Lakukan refleksi secara rutin terkait kontrak kesepakatan kelas yang sudah disusun. Tanyakan pada anak terkait perkembangan atau apa perlu direvisi. Apabila ada yang melanggar kesepakatan baik guru maupun siswa diperlukan tindakan berupa disiplin positif).
Catatan : Kesepakatan kelas tidak perlu terlalu banyak sehingga mudah dipahami dan mudah untuk dilakukan.
Dengan membuat kesepakatan kelas dapat mewujudkan budaya postif di sekolah serta dapat meningkatkan hubungan antara guru dan siswa. Hubungan guru dan siswa adalah korelasi faktor yan sangat penting dalam membangun budaya sekolah yang baik.
Budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik diperlukan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan. Penerapan budaya positif sangat diperlukan dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari. Ada nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, nilai moral, nilai sosial, peningkatan kepercayaan diri, saling menghargai dan bertoleransi. Semua nilai tersebut sangat berkaitan dalam penerapan budaya positif di sekolah. Demi mewujudkan budaya positif di sekolah diperlukan landasan pemikiran KHD tentang Pendidikan dan pengajaran, kodrat anak dan kodrat zaman, budi pekerti, nilai dan peran guru sebagai pendidik. Semua itu saling mendukung satu sama lainnya. Seorang guru diharapkan mampu menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah melalui keteladanan. Menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah dapat dilakukan dengan langkah kecil dari sebuah kelas melalui kesepakatan kelas kemudian diimbaskan ke dalam satu tingkatan kelas dilanjutkan pengimbasan ke semua tingkatan kelas sehingga menjadi budaya positif sekolah.
Proses yang baik akan mewujudkan impian yang diinginkan. Impian bersama dalam dunia Pendidikan saat ini adalah melahirkan anak didik dengan profil pelajar Pancasila.
Kurang lebihnya mohon maaf. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.