Sunday, September 26, 2021

Modul 3.2 Koneksi Antar Materi

Modul 3.2 Koneksi Antar Materi

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya



Sebagai seorang pemimpin baik di kelas maupun di sekolah, kita harus mampu mengidentifikasi dan mengelola segala sumber daya (aset) yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka mendukung perwujudan visi dan misi sekolah.

Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah keuangan serta sarana dan prasarana.

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu memandang segala aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang sebagai sebuah kekurangan. Sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

  1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar. 
  2. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.  

Berikut perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam bukunya yang berjudul Asset Building and Community Development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
  • Modal Manusia
    • Kepala sekolah yang tegas, komunikatif, mendukung, dan berdedikasi; Guru yang kompeten dan profesional; Tim IT; Pembina ekstrakurikuler; Pegawai sekolah; Komite Sekolah; Orangtua murid; Murid yang heterogen dan berprestasi
  • Modal Sosial
    • Dukungan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah/desa adat yang rukun dan harmonis; Organisasi profesi guru (MGMP, PGRI, IGI); Lembaga sekitar sekolah (BIMAS, TNI/Polri, Puskesmas, BNN, Kejaksaan Negeri)


  • Modal Fisik
      • Gedung sekolah yang lengkap dengan sarana dan prasarananya seperti lab IPA. Lab Komputer, koperasi, perpustakaan, UKS, bengkel kreativitas, kantin sekolah, kantin kejujuran, aula, bale bengong, toilet, padmasana, lapangan basket, dll ; Failitas sekolah lainnya seperti tempat cuci tangan, wi fi sekolah, kebun sekolah sebagai sarana edukasi murid.


    • Modal Lingkungan/Alam
      • Lingkungan di sekitar sekolah yang membuat sekolah memiliki ciri khasnya tersendiri seperti Siangan waterfall, Bandung waterfall, jembatan penghubung sebagai jalan pintas menuju tampak siring, pohon besar dan langka di sekitar sekolah.


  • Modal Finansial
      • Dana Bos, Dana Komite, Dana dari koperasi sekolah, Hasil dari penjualan sampah plastik, Sumbangan dari orang tua siswa
  • Modal Politik
      • Kerjasama dengan telkomsel berupa kartu perdana dan kuota murah, Bantuan dari Bank BPD berupa Kalender, buku tulis, dll; Kerjasama dengan puskesmas terdekat dalam menerima pelayanan kesehatan; Kerjasama dengan kepolisisan sebagai penyuluh ketertiban dan pelayanan keamanan 
  • Modal Agama dan Budaya
      • Adanya tempat ibadah untuk umat beragama; Adanya tradisi dan perayaan untuk hari besar agama; Adanya pentas dan pawai budaya pada perayaan ulang tahun sekolah dan perpisahan siswa kelas 9.

    Berdasarkan uraian di atas, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. SMP Negeri 2 Gianyar memiliki Visi : “Terwujudnya Peserta didik yang Beriman, Cerdas, Terampil, Berwawasan Pelestarian Lingkungan Berdasarkan Tri Hita Karana” Visi tersebut juga dijadikan pedoman untuk bagi CGP dalam membuat Visi yaitu Terwujudnya generasi masa depan yang berkarakter baik, Gembira (Global Diversity, Efektif, Mandiri, Bertanggung jawab, Inovatif, Riang, Aktif Kreatif), dan Cinta Lingkungan. Serta dijadikan pedoman dalam menyusun program-program yang tidak hanya menonjolkan prestasi, namun juga karakter dari peserta didik dan cinta terhadap lingkungannya. Sekolah kami juga menampung minat dan bakat murid dalam wadah ekstra kurikuler. Terdapat 33 jenis ekstra kurikuler di sekolah kami baik bidang akademis, seni, olahraga,maupun lingkungan.


    Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staff, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. 

    Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang dengan maksimal.
    • Implementasidi dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

    Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut juga mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai.  Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat.

    Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada.  Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.

    Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan. 

    Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindselt) dan sikap yang positif.

    • Contoh hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 
    Pengelolaan sumber daya yang terdiri dari sumber daya modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansioal, modal agama dan budaya akan sangat berpengaruh terhadap kulitas proses pembelajaran. Maka dari itu, pengelolaan harus dilakukan secara tepat. Setiap sumber daya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus bisa mengidentifikasi aset yang dimiliki sebagai kelebihan dari sumber daya, manfaatkan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan mengesampingkan kekurangan yang ada, fokus pada kekuatan dan dukungan yang dimiliki agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan berkualitas.

    • Beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang didapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.
    Modul 1.1. Ki Hajar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan pengajaran dalam memahami arti dan tujuan pendidikan.  Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan murid). Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.

    Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Semboyan Pendidikan menurut Kihajar Dewantara adalah "Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Kaitannya dengan pengelolaan sumber daya adalah pemimpin pembelajaran mengelola sumber daya yang ada (siswa) sesuai dengan kodratnya, karena sejatinya setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikan contoh, dorongan dan motivasi dalam pengelolaan sumber daya agar menjadi efektif.

    Modul 1.2 Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. 

    Modul 1.3 Pengelolaan sumber daya bisa dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset).  IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA di percaya memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, Jabarkan rencana). Seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul ini pun berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif. 

    Modul 1.4. mengarahkan agar pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan mulai dengan skala kecil seperti dalam melaksanakan kesepakatan kelas. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada lagi pembelajaran yang memberikan hukuman maupun hadiah. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik dapat dicapai sesuai harapan.

    Modul 2.1 Setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus bisa melayani setiap kebutuhan siswa. hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi diferensiasi yang digunakan adalah diferensiasi proses, diferensiasi konten dan diferensiasi produk.

    Modul 2.2 Sadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional dari Casel adalah sebagai berikut:

    1. Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi). Kesadaran diri meliputi kemampuan memahami proses belajar dan pemikiran diri, mengembangkan sikap percaya diri dan memahami perasaan, minat, nilai dan kekuatan.
    2. Kesadaran Sosial (Empati). Kesadaran sosial meliputi pemahaman perbedaan perspektif dan berempati, mengenali dan menghargai persamaan maupun perbedaan, memanfaatkan sumber daya di rumah, sekolah dan komunitas secara efektif.
    3. Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus). Pengelolaan diri meliputi mengelola stress, mengontrol impuls dan ketekunan dalam menghadapi hambatan, atau sering disebut dengan Mengelola emosi dan fokus). Stop/Behenti Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan; Take a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda?Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuangnapas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Fokus pada pilihan Anda yang terbaik saat ini. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. 
    4. Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab mempertimbangkan faktor etika, akademik, standard masyarakat  dalam membuat pilihan dan keputusan. Memberikan Kontribusi terhadap perwujudan dan wellbying sekolah dan komunitas.
    5. Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Ketrampilan resiliensi meliputi: membangun hubungan yang sehat berlandaskan kerjasama dan sikap hormat. menolak tekanan sosial yang tidak tepat. mencegah dan mengelola serta menyelesaikan konflik. Mencari pertolongan bila membutuhkan.
    Modul 2.3 Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya,  Sebagai seorang ‘pamong’. Guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya bahwa pentingnya proses coaching dalam pengelolaan sumber daya yaitu proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif ini dapat membuat murid melakukan metakognisi dalam prosesnya yang juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya. Keterampilan Coaching ini meliputi: keterampilan membangun hubungan baik (kemitraan), keterampilan berkomunikasi, keterampilan memfasilitasi pembelajaran.

    Modul 3.1 Proses Coacing tersebut bisa juga dijadikan acuan dalam pengelolaan sumber daya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang diambil berpedoman pada 9 langkah pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih pada masalah dilema etika itu sangat sulit.

    • Hubungan antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
    Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pengelola sumber daya, saya sering berfikir atau bahkan melakukan pengelolaan sumber daya dengan pendekatan masalah. Sehingga yang terfikir adalah sisi negatif dan kelemahan atau kekurangan yang dimiliki dari sumber daya yang ada. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

    Setelah mempelajari modul ini saya baru menyadarai bahwasanya kita sebagai pengelola sumber daya harus bisa memanfaatkan apa yang kita punya sebagai kekuatan. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan mengesampingkan kekurangan. Menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.


    Seorang pemimpin harus mampu melakukan pemetaan terhadap aset yang dimiliki demi menunjang terwujudnya visi dan misi yang telah ditetapkan melalui program-program. Kepiawaian seorang pemimpin dalam melakukan pengelolaan sumber daya akan memberikan dampak positif bagi lingkungan terutama bagi murid.

    SALAM  DAN BAHAGIA

     

    #GuruPenggerak

    #MerdekaBelajar

    #IndonesiaMaju

    #BanggaMenjadiGuru

    #MuridkuPenyemangatku


    Ni Putu Wahyuni
    SMP Negeri 2 Gianyar
    CGP Angkatan Ke-2
    Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali



    No comments:

    Post a Comment

    Festival Panen Hasil Belajar

    FESTIVAL PANEN HASIL BELAJAR  PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN II PADA KEGIATAN LOKAKARYA KE-7 12-13 NOVEMBER 2021 DI RUMAH LU...