Sunday, June 27, 2021

Modul 1.4.a.10 Aksi Nyata - Budaya Positif

 Modul 1.4.a.10 Laporan Aksi Nyata  

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM  UPAYA PENINGKATAN SRADA BAKTI DAN CINTA LINGKUNGAN 
PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 GIANYAR

Oleh : Ni Putu Wahyuni
CGP Angkatan ke - 2, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali


A. Kerangka Aksi Nyata



B. Rancangan Aksi Nyata


C. Latar Belakang 

Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang siswa yang aman, nyaman, dan bermakna. Sebuah tempat yang dirancang sedemikian rupa guna dapat mengembangkan murid yang diharapkan dapat menjadi pribadi yang berpengetahuan, berkarakter baik, bertanggung jawab, penuh hormat, dan berpikir kritis. Dalam budaya sekolah meyakini bahwa setiap murid memiliki potensi positif damlam menjalani kodrat mereka sebagai seorang anak baik itu menyangkut kodrat alam maupun kodrat zaman. Dalam pengembangan keterampilan serta sikap yang dimiliki tersebut sekolah bertujuan untuk mewujudkan siswa yang memiliki profil pelajar Pancasila melalui penerapan budaya positif. Budaya positif mengajarkan kita agar dapat membiasakan sikap disiplin positif yang mengajarkan murid dalam berketerampilan sosial dan memiliki kehidupan saling menghormati dan kesadaran dari dalam diri.

Disiplin positif menekankan pada membangun kekuatan murid dari pada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif mereka untuk mempromosikan perilakau baik yang mereka miliki. Hal ini memberikan pedoman yang jelas bagi murid untuk berperilaku yang dapat diterima, dan mendukung mereka untuk memiliki kesadaran dalam mematuhi pedoman ini.

D. Deskripsi Aksi Nyata

Dalam mengupayakan budaya ajar yang baik, budaya positif di sekolah tidak berdiri sendiri. Karena dibutuhkan sinergitas antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam pembiasaan-pembiasaan positif yang diterapkan. Pembiasaan positif dan percaya akan kekuatan diri akan membudaya dan berakar, sehingga menjadi budaya yang dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif dan berketerampilan sosial di sekolah. Mengapa harus disiplin positif, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin dan menunjukkan kekuatan diri yang berdasarkan kesadaran individunya. Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya taat terhadap sebuah aturan dan pentingnya siswa dalam menyadari kekuatan dirinya agar dapat lebih percaya diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati baik itu di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Taat bukan karena ada konsekuensi dibalik semua itu, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri. Mulai dari diri yang merupakan ciri dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk.

Penerapan budaya positif seperti religius, disiplin dan toleransi antar sesama dikaitkan dengan nilai-nilai profil Pelajar Pancasila yaitu: Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan dan bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar pembiasaan positif. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong royong sesama.

Dalam perwujudan Visi guru penggerak sebelumnya, peran seluruh warga sekolah erat kaitannya dengan seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga sekolah bersinergi dan saling menguatkan serta menumbuhkan kekuatan diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati melalui pembiasaan-pembiasaan positif. Jika pembiasaan sudah membudaya, dan menjadi karakter individunya dalam sebuah institusi sekolah maka akan dengan mudah visi dari guru penggerak diciptakan. Begitu juga nilai-nilai dan peran guru penggerak yaitu pembelajaran berpusat pada murid, dengan kolaborasi, refleksi, guru akan mudah berinovasi dan kemandirian belajar menjadi sebuah keniscayaan jika karakter guru nya kuat. Mengapa harus berpusat pada murid, karena sesuai dengan refleksi filosofi pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran dengan sistem among. Guru sebagai fasilitator di depan menjadi contoh, ditengah sebagai penyemangat dan di belakang menjadi pendorong demi majunya sebuah Pendidikan yang bermula dan berpusat pada kebutuhan murid.

Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah. Memunculkan kekuatan, dan menyamarkan hal-hal yang bersifat stagnan. Sehingga yang diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan berkolaborasi membentuk kekuatan diri dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah sehingga siswa dapat berketerampilan sosial dan saling menghormati antara teman di lingkungannya baik di sekolah, rumah maupun di masyarakat. Dengan memulainya dari kekuatan diri, menjadi kekuatan kelas, dan kekuatan sekolah.

Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi dari guru penggerak. Kelas adalah miniatur dari sekolah, dan sekolah adalah miniatur dari bangsa. Bangsa yang berbudi pekerti baik serta berdisiplin positif bermula dari bangku-bangku di sekolah. Sehingga bagaimana menumbuhkan budaya positif adalah bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas dan upaya guru berinteraksi dengan muridnya.

Bagaimana menyentuh individu-individu agar memiliki kekuatan diri dalam berketampilan sosial dan saling menghormati bisa diawali dengan menciptakan iklim komunikasi dua arah dimana hal ini merupakan cara efektif mengetahui harapan-harapan dari seorang murid terhadap proses pembelajaran yang dia peroleh dan impikan. Pentingnya mengetahui harapan dan impian murid adalah salah satu Tindakan reflektif dalam proses pembelajaran serta penerapan nilai dan peran guru.

Komunikasi dua arah juga memberikan kesempatan murid bertanya, dengan pembiasaan bertanya disinilah awal mula kekuatan diri muncul dan membentuk karakter bernalar kritis. Kekuatan diri ini akan menimbulkan rasa percaya diri pada murid karena merasa dihargai dan didengarkan. Ketika murid memiliki aspirasi dan dapat mengeluarkan pendapatnya itu merupakan suatu apresiasi luar biasa bagi sebuah interaksi guru dan murid. Membangun kekuatan diri murid adalah sangat penting karena dengan kekuatan diri ini akan muncul kepercayaan diri pada murid yang akan menjadi bekal untuknya dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati antar sesama teman dan guru di lingkungan sekolahnya. Ketika empati dan karakter lain seperti bernalar kritis muncul sebagai akibat dari sebuah interaksi disitulah akan muncul kreatifitas dan inovasi-inovasi murid. Sehingga karakter dan budaya positif akan dengan sendirinya muncul berawal dari pembiasaan positif di kelas.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan pesraman sekolah dan menyadarkan siswa arti pentingnya dalam merawat lingkungan di sekolah dalam kaitannya Srada Bhakti dan cinta lingkungan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap pola dan kebiasaan siswa dalam berinteraksi terhadap sesamanya. Dampak yang ingin dilihat adalah kesadaran siswa akan kekuatan positif yang dimiliki oleh dirinya sehingga dapat berketarampilan soasial dan saling menghormati dan memiliki kesadaran dalam berdisiplin positif sehingga dapat membangun budaya positif dimanapun murid tersebut berada. Berawal dari peran guru penggerak dalam membudayakan disiplin positif dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.

Linimasa tindakan yang akan dilakukan

1. Sosialisasi Budaya Positif kepada semua pemangku kepentingan disekolah

2. Membangun komonikasi dua arah antar guru sejawat dalam rangka membangun kekuatan diri siswa dalam berinteraksi sosial dan saling menghormati antar sesama siswa dan siswa dengan gurunya di sekolah.

3. Membangun disiplin positif siswa dalam menerapkan budaya positif baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat melalui peningkatan Srada Bhakti dan cinta lingkungan.

4. Merefleksi kegiatan disiplin positif dalam rangka membudayakan Srada Bhakti dan cinta lingkungan dalam upaya meningkatkan kekuatan diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru.

Aksi nyata kali ini bertujuan menumbuhkembangkan budaya positif di sekolah. Mengajak semua masyarakat sekolah dan pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyebar secara menyeluruh ke semua aspek sekolah terutama dikalangan murid dengan motivasi dan dukungan para guru pengampu mata pelajaran serta bimbingan wali kelas dalam disiplin positif yang yang telah dibiasakan sehingga dapat menjadi budaya yang telah mengakar dan menjadi nilai dari kekuatan diri.

Untuk menerapkan pembiasaan dari budaya positif ini diperlukan komonikasi dua arah  antara guru penggerak dengan pemangku kepentingan, karena konsekuensi bersama terhadap sebuah aturan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan kesepakatan  bersama yang dirancang di dalam kegiatan pesraman dalam upaya meningkatkan Srada bakti dan cinta lingkung. Srada Bakti dapat meningkatkan kekuatan yang ada pada diri siswa sehingga mereka dapat memiliki keterampilan dalam berinteraksi sosial dan saling menghormati terhadap sesaman teman dan gurunya, Dimana kita ketahui, belakang banyak sekali terjadi kejadian dan permasalahan ketika hilangnyanya kesadaran murid dalam menghormati sesamanya bahakan terhadap gurunya sendiri. Karakter baik haruslah mulai dibangun dari diri sendiri dan dibiasakan oleh lingkungannya sehingga dapat menjadi sebuah budaya positif. 

Kegiatan kedua yang dilakukan selain pesraman adalah piket harian yang dilaksanakan secara bergilir oleh seluruh siswa dan tersebar di seluruh lingkungan sekolah dalam rangka menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri. Ketika lingkungan tempat siswa belajar baik, maka siswa akan dapat menyerap pelajaran dengan baik pula. Siswa menyadari hal ini dan dengan disiplin datang tepat waktu di setiap jadwal piketnya, dan dengan penuh kesadaran melaksanakan tugas mereka di bagian yang telah ditentukan.

E. Hasil Dari Aksi Nyata

Respon para murid tentang disiplin positif ini awalnya adalah sebuah kebingungan, karena ini merupakan hal yang baru bagi mereka, namun setelah dilakukan pendekatan oleh guru mereka dapat menerimanya dengan sangat baik. Begitu juga dengan para guru dan pemangku kepentingan sekolah seperti kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua murid, komite, dan semua tenaga kependidikan, serta semua warga di lingkungan sekitar sekolah. Tantangan dalam menerapkan budaya positif, adalah menghadapi murid yang sedang mengalami masa peralihan dari anak-anak menuju pra-dewasa dimana karakter keakuan mereka lebih menonjol, namun dengan pendekatan yang baik tentu saja mereka dapat lebih memahami dan menyadari makna di balik penerapan budaya positif ini. Peningkatan kekuatan diri yang dapat menonjolkan hal-hal positif yang ada pada diri tentu saja dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa yang nantinya dapat membantu mereka dalam berinteraksi dan sikap saling menghormati dengan sesama temannya atau pun dengan para guru di sekolah.

Perasaan senang dan apresiasi mereka terhadap penerapan budaya positif melalui kegitan pesraman dan kebersihan membuat mereka menjadi bersemangat dalam meningkatkan kekuatan diri dalam berdisiplin positif yang dilaksanakan. Perubahan tampak terjadi pada penilaian mereka terhadap diri sendiri dan pandangan mereka terhadap orang lain dan melihat sudut masalah mereka. Awalnya setiap murid melihat temannya mulai dari sis negatifnya, kekurang yang dimiliki dirinya dan temannya dan melihat masalah dari sisi negatif serta menyalahkan orang lain terhadap suatu masalah yang tidak doharapkan. Namun setelan dilakukan pendekatan yang baik dan dilaksanakan secara bertahap dalam beberapa hari, terjadi perubahan-perubahan pandangan pada diri mereka. Mereka mulai melihat kekuatan diri, dan kekuatan positif yang dimiliki oleh temannya, serta mulai dibiasakan untuk berpikir positif terlebih dahulu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Proses ini membuat mereka lebih bersemangat karena pemikiran positif, dan motivasi intrinsik yang nimbulkan perasaan bahagia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tantangannya adalah ketika terdapat siswa yang merasa dirinya memiki kekuatan diri lebih baik dibandikan yang lainnya sehingga bukannya jadi memiliki keterampilan sosial yang baik dan sikap saling menghormati yang muncul tapi menjadi pribadi yang sombong dengan sikap keakuan yang tinggi. Disinilah dijelaskan kembali makna sebenarnya dari Srada Bakti dimana srada merupakan keyakinan,  dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan agama yang dianutnya. Sebagai umat beragama kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada dan menghidupi setiap mahluk hidup serta tentang adanya hukum karma pala yang akan tetap berlaku bagi siapapun baik yang percaya maupun yang tidak percaya. Sedangkan bhakti adalah sebuah persembahan kerja tanpa memikirkan hasil dari penyerahan diri secara total. Srada dan bakti harus senantiasa menjiwai setiap gerak langkah umat bergama. Dengan demikian apa yang kita kerjakan akan bermanfaat bagi kehidupan kita baik di dunia maupun setelah kita mati.

F. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan Aksi Nyata

Proses aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan harapan karena waktu pelaksanaan yang terbatas waktu dan aturan prokes dari pemerintah sehingga kegiatan ini tidak merata didapat oleh seluruh siswa. 

Jika pelaksanaan pesraman dan kegiatan kebersihan dapat terlaksana dengan baik, tentunya dapat membentuk budaya positif yang lebih merata dengan cepat. Hal-hal baik akan muncul pada setiap diri siswa menjadi sebuah kesadaran dalam melaksanakan disiplin positif, membangun kekuatan diri yang positif, dan menyelesaikan masalah mulai dari hal-hal positif maka siswa akan memiliki keterampilan sosial yang baik dan sikap saling menghormati baik terhadap sesama temannya maupun terhadap guru. Kehidupan sekolah akan menjadi lebih bersemangat dan lebih harmonis karena hal ini telah dengan sadar dilaksanakan tanpa adanya hukuman maupun menuntut hadiah atas apa yang telah dilakukan sehingga dapat menjadi budaya positif yang dapat dicontoh dan dilaksanakan pula oleh sekolah lainnya.

G. Rencana Perbaikan Untuk Pelaksanaan Di Masa Yang Akan Datang

Adapun rencana perbaikan untuk dapat dilaksanakan di masa mendatang adalah pelaksanaan pesraman ini akan menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan untuk mengisi kegiatan libur sekolah dalam rangka membangun hal-hal positif yang terdapat pada diri siswa, membangun dan meningkatkannya ke arah yang lebih baik lagi. Minggalkan sifat keakuan yang berlebihan yang akan menimbulkan kesombongan dan rasa keakuan yang berlebihan. Kegiatan ini lebih bertujuan dalam membentuk kekuatan positif diri dalam pembiasaan disiplin positif yang dilaksanakan melalui kegiatan pesraman dan pembersihan lingkungan sekolah yang dilaksanankan secara kontinu dan konsisten sehingga dapat menjadi budaya positif yang dapat ditonjolkan sekolah kita.

Perubahan yang dilakukan adalah dimulai dari kesadaran pada diri sendiri bahwa ada karma phala atas segala perbuatan yang kita lakukan sebagai manusia sehingga hendaknya kita harus menyadari bahwa jika kita menginginkan suatu hasil yang baik, maka harus ada perbuatan baik yang kita laksanakan dan itu kita mulai dari diri sendiri, dari keluarga, sekolah, yang dilanjutkan hingga dilingkungan masyarakat.

Dengan kontrol guru, semua siswa melkukan refleksi atas apa yang telah mereka dapatkan dari kegiatan pesraman dan kegiatan pembersihan lingkungan sekolah sebagai wujud dari srda bahti dan cinta lingkungan. Perubahan yang diharapkan akan mampu dirasakan oleh para siswa dimana terjadi peningkatan kesadaran dalam diri mereka untuk melaksanakan disiplin positif dalam kualitasnya dapat meningkatkan kekuatan diri mereka secara positif. Jika hal ini dapat terus dilaksanakan secara konsisten, maka disiplin positif ini dapat menjadi budaya positif yang tentunya dapat meningkatkan kualitas diridalam berketerampilan sosial dan sikap saling menghormati antar sesama.

H. Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kegiatan pesraman


Foto 1,2,3: Proses perencanaan kegiatan Pesraman, mulai dari pendekatan terhadap Kepala Sekolah, Komite, Pemuka agama di sekolah, dan para guru di lingkungan SMPN 2 Gianyar  

Foto 4, 5: Pelaksanaan pembukaan pesraman dimulai dengan kegiatan bersembahyang bersama secara agama Hindu

Foto 6, 7: Pembukaan acara pesraman yang dibuka secara resmi oleh bapak Kepala SMP Negeri 2 Gianyar

Foto 8, 9: Proses pelaksanaan Pesrama yang diisi dengan pemahaman tentang Srada Bakti, yang dilanjutkan dengan diskusi dan kegiatan mejaitan bagi guru dan siswa perempuan. Sedang bagi siswa laki-laki membuat klatkat.

Foto 10, 11: Kegiatan penutupan pesraman dilaksanakan dengan melaksanakan persembahyangan bersama di Padmasana sekolah.


Kegiatan pembersihan lingkungan sekolah

Foto 1:  Pengarahan pembagian wilayah bagi siswa yang akan melaksanakan kegiatan pembersihan lingkungan sekolah

Foto 2,3: Kegiatan siswa dalam menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan sekolah

Foto 4,5, dan 6: Kegiatan siswa dalam menjaga kebersihan sekolah hingga di luar lingkungan sekolah




Demikianlah laporan dari Aksi Nyata yang saya lakukan. Semoga dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi yang lainnya.



Modul 1.4.a.9 Koneksi Antar Materi - Budaya Positif

Modul 1.4.a.9 Koneksi Antar Materi 

BUDAYA POSITIF

Oleh: Ni Putu Wahyuni

CGP Angkatan Ke-2, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali


Budaya positif bukanlah satu-satunya materi yang perlu diterapkan dalam pendidikan di sekolah. Kita perlu juga mengingat dan mengaitkan materi-materi yang sudah kita pelajari sebelumnya agar penerapan di ekosistem belajar semakin maksimal. 



Wednesday, June 23, 2021

Saturday, June 12, 2021

Aksi Nyata modul 1.3 - Visi Guru Penggerak

 

Tugas 1.3.a.10 Aksi Nyata –VISI GURU PENGGERAK

MEMBUAT KESEPAKATAN VISI

OLEH: NI PUTU WAHYUNI

CGP ANGKATAN KE-2, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI



Latar Belakang

Zaman terus mengalami perubahan. Perubahan itu berlangsung dengan cepat dan terjadi setiap saat. Termasuk dalam dunia Pendidikan. Perubahan-perubahaan yang terjadi dalam dunia pendidikan menuntut kita sebagai guru untuk terus membekali diri menghadapi perubahan. Perubahan itu juga menuntut murid mempunyai beberapa kecakapan atau skill yang harus dikuasainya terkait tuntutan perubahan zaman dan harapan dunia kerja. Hal tersebut tentu saja menjadi tantangan guru kita untuk mampu mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid. Desain lingkungan belajar yang memungkinkan tumbuhnya murid merdeka yang memiliki kemandirian dan motivasi intrinsik yang tinggi.  Kita juga perlu terus berlatih meningkatkan kapasitas diri dalam memvisualisasikan harapan, menggandeng sesama dan mentransformasikannya menjadi harapan bersama.

Dari fakta itulah kemudian, seorang guru dituntut harus mempunyai visi yang jelas. Apa sebenarnya visi itu? Visi itu ibarat melihat sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga bagaikan bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah mencapai tujuan. Visi itu sesuatu yang belum terjadi terkait masa depan. Maka visi juga dapat dianggap buah kreativitas manusia. 

Sebagai seorang guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan pada murid kita. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA).

IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016). Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat memberikan kekuatan positif dan membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa.

IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.  Untuk melaksanakan IA diperlukan sebuah strategi. Strategi yang dimaksud tersebut dikenal dengan akronim BAGJA, yang memiliki kepanjangan yakni Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

Tentu, agar perubahan yang diinginkan tercapai maka melalui pendekatan IA dan strategi BAGJA kita harus merangkul pemangku kepentingan yang ada di sekolah atau dinas terkait. Peran strategis pemangku kepentingan ini harus dikomunikasikan dan kolaborasi menjadi kekuatan menuju perubahan yang diinginkan/dicita-citakan. Peter F. Drucker menjelaskan bahwa tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan. Perubahan yang diharapkan terntu saja harus tetap mempedomani filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Bahwa pendidik hanya berperan sebagai penuntun murid menuju kodrat alam dan kodrat zaman. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, guru hanya bisa menuntun tumbuhnya kodrat tersebut. Jadi jelaslah bahwa IA merupakan pendekatan utama yang harus diimplementasikan guru menuju perubahan yang dicita-citakan dengan menyentuh peran strategis pemangku kepentingan di sekolah.

Kita ketahui bahwa untuk mencapai visi ini, tentu seorang guru tidak dapat berjalan sendiri. Setiap perubahan dapat terjadi dengan adanya keterlibatan dari berbagai aktor di dalam lingkungan sekolah. Begitu pun pada mimpi yang telah dilukiskan, terdapat aktor-aktor lain yang juga turut berperan. Berdasarkan pendekatan IA, ini adalah aset atau sumber kekuatan yang dapat kita manfaatkan untuk menggapai mimpi, angan dan harapan kita sebagai seorang CGP. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membuat pemetaan kekuatan tersebutmulai sekarang untuk mengetahui siapa yang dapat ikut berperan mendukung Visi yang telah dibuat dan bentuk dukungan seperti apa yang dapat kita manfaatkan.

Pemetaan kekuatan ini tidak dimaksudkan agar kita bergantung pada banyaknya aktor di lingkungan tempat kita mengajar untuk mewujudkan mimpi pribadi kita mengenai murid. Pada saat membuat pemetaan kekuatan, aktor penting pertama yang perlu dipertimbangkan adalah diri kita sendiri dan murid kita. Bayangkanlah diri sendiri dianggap sebagai aktor kunci dan aset pertama yang dimiliki dalam mewujudkan mimpi. Kemudian, bayangkanlah juga murid kita sebagai aset utama dan harta yang Anda dimiliki karena kita sedang bermimpi tentang mereka dan seperti apa masa depan mereka yang kita angankan dalam perwujudan visi yang telah kita buat. Berikut adalah pemetaan pemangku kepentingan yang terlibat dalam perwujudan Visi.

 

PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN


Tujuan

Adapun tujuan dari rancangan aksi nyata ini yaitu sebagai berikut.

  1. Untuk meningkatkan keterlibatan murid dan guru yang secara aktif dalam mewujudkan Visi yang telah dibuat dalam kegiatan perpisahan kelas IX.
  2. Untuk mendeskripsikan setiap kekuatan aset yang ikut terlibat dalam mewujudkan Visi yang telah dibuat dalam kegiatan perpisahan kelas IX
  3. Untuk merealisasikan visi: Terwujudnya generasi masa depan yang berkarakter baik, Gembira (Global diversity, Efektif, Mandiri, Bertanggung jawab, Inovatif, Riang, dan Aktif kreatif) dan cinta lingkungan dalam kegiatan perpisahan kelas IX

 

Deskripsi Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata ini dimulai dengan membicarakannya terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab sekolah yang dilanjutkan dengan meminta ijin untuk mensosialisasikannya kepada seluruh warga sekolah. Hal ini bertujuan agar memperoleh persamaan persepsi mengenai kegiatan aksi nyata yang akan saya laksanakan. Kegiatan ini telah sesuai dengan modul 1.3 tentang “Visi Guru Penggerak” yakni Terwujudnya generasi masa depan yang berkarakter baik, Gembira (Global diversity, Efektif, Mandiri, Bertanggung jawab, Inovatif, Riang, dan Aktif kreatif) dan cinta lingkungan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, kegiatan ini membutuhkan kolaborasi yang baik dengan seluruh aset yang dimiliki oleh sekolah, sehingga saya juga melaksanakan sosialisasi kepada murid, dan guru agar dapat ikut ambil bagian dalam perwujudan visi yang telah saya rancang. Pada kegiatan ini, saya juga mengajak kepada murid yang selama ini kurang aktif dalam pembelajaran untuk ikut serta. Hasilnya adalah mereka memberikan respon yang positif serta bersedia terlibat. Bentuk keterlibatannya adalah dengan sumbangsih mereka dalam karya dan kreativitasnya dalam kegiatan perpisahan kelas IX.

Melalui diskusi dan sosialisasi yang cukup intens dengan para wali kelas, siswa dan guru pun akhirnya menghasilkan sebuah kesepakatan yang telah disetujui bersama. Berikut bunyi kesepakatannya. 

Pertama, Kegiatan yang dilakukan yaitu setiap perwakilan kelas wajib membuat sebuah kreativitas yang akan dipentaskan pada saat kegiatan perpisahan kelas IX. Kedua, Kegiatan dapat dilakukan secara individu atau kelompok dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Ketiga, kreativitas yang dipentaskan menggunakan alat, bahan, dan kostum seadanya untuk menghemat pengeluaran dana. Keempat, Kegiatan dilaksanakan selama maksimal 10 menit dan dilaksanakan secara acak sesuai dengan nomor undian dan dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Juni 2021 di lapangan basket SMP Negeri 2 Gianyar. 

Selanjutnya kesepakatan tersebut disampaikan kepada anak wali mereka di kelas untuk dilaksanakan lebih lanjut. Selama proses penyusunan kesepakatan kelas, guru sebagai wali selalu meminta siswa untuk menyampaikan ide-ide/gagasan mereka, selanjutnya barulah guru bersama-sama siswa memutuskan hasil diskusinya dan menyepakati secara bersama-sama. Setelah kesepakatan kelas ini selesai dibuat guru menanyakan kembali kepada siswa, apakah siswa siap melaksanakan kesepakatan ini dengan penuh tanggung jawab? Respon mereka sangat antusias, semua siswa menyatakan siap untuk melaksanakan hasil kesepakatan tersebut. Ada beberapa siswa juga yang menyampaikan bahwa siap dikenakan hukuman jika tidak melaksanakan kesepakatan yang telah dibuat. Namun, guru kembali mengingatkan bahwa dalam pelaksanaan kesepakatan bukanlah hukuman yang menjadi fokus utamanya melainkan rasa tanggung jawab siswa terhadap kesepakatan yang telah dibuat dan komitmen siswa untuk melaksanakannya. 

 

Hasil Aksi Nyata

Adapun hasil yang diperoleh melalui pelaksanaan aksi nyata ini yaitu sebagai berikut.

  1. Guru dan siswa berhasil membuat sebuah kesepakatan terkait dengan kegiatan perpisahan/pelepasan siswa kelas IX tahun ajaran 2020/2021. Kegiatan diskusi akan dilaksanakan untuk mengisi kekosongan waktu setelah pelaksanaan PAS dan sebelum pembagian rapot. Adapun kegiatan yang dilaksanakan yaitu pentas seni dan kreativitas yang akan diikuti oleh perwakilan guru dan siswa dalam setiap satuan kelas belajar dengan memanfaatkan alat, bahan, dan kostum seadanya untuk menghemat pengeluaran dana namun tetap tidak mengurangi makna.
  2. Guru menyadari bahwa kegiatan ini dilaksanaan dalam kondisi pandemi, untuk itu  kegiatan dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
  3. Tingkat keaktifan dan kreativitas warga sekolah menjadi meningkat. Siswa jadi lebih dapat saling menghargai perbedaan, berani mengeluarkan pendapatnya, berani mengeluarkan ide/gagasannya untuk dapat mewujudkan sebuah pentas kreativitas yang inovatif dan menyenangkan.
  4. Seluruh warga sekolah dapat tetap saling menghargai, dan berperilaku baik, serta tetap dapat menjaga lingkungan ditengah kegiatan pentas kreatifitas ini.



Refleksi Aksi Nyata

Pelaksanaan aksi nyata ini dapat meningkatkan dan memperdalam hubungan antara guru dengan murid dalam hal mewujudkan sebuah proses pembelajaran karakter yang baik dan menyenangkan bagi siswa. Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat lebih bermakna bagi mereka dimana dalam proses ini tidak dapat dapat hanya ditentukan oleh faktor gurunya saja, melainkan diperlukan keterlibatan murid dan stake holder sekolah di dalam menentukan kelancaran dalam setiap proses yang akan dijalankan dalam kegiatan ini. Metode dan perencanaan yang tepat juga menjadi salah satu perhitungan saya sebagai penggagas Visi ini dimana Guru dan siswa wajib membuat sebuah kesepakatan sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai dengan tujuan agar siswa dapat tertib dan tetap mematuhi protokol kesehatan serta dapat memaknai dan memahami tujuan pelaksanaan kegiatan perpisahan ini. Selain itu, dengan adanya kesepakatan ini siswa pun akan lebih nyaman dalam mengikuti proses kegiatan pentas kreativitas ini.

Adapun beberapa kendala yang dialami selama pelaksanaan kegiatan aksi nyata ini yaitu masih adanya beberapa orang siswa yang belum mau aktif berdiskusi saat pembuatan kesepakatan. Selain itu masih ada beberapa orang siswa juga yang tidak mau melaksanakan kesepakatan yang telah disetujui, mulai dari dipilih sebagai perwakilan tapi menolak meski memiliki kemampuan, tetap mengobrol tentang hal pribadi ketika sedang berdiskusi, dan juga mengumpulkan hasil keputusannya melewati batas waktu yang telah disepakati.

 

Rencana Perbaikan di Masa Mendatang

Hal-hal yang sudah baik yang telah penulis lakukan selama pelaksanaan aksi nyata ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten. Pelaksanaan kegiatan perpisahan ini adalah untuk mengawali perwujudan ketercapaian Visi yang telah dirancang yang nantinya secara bertahap namun tetap konsisten dalam melakukan setiap perubahan-perubahan seperti yang diharapkan pada Visi. Proses perubahan ini tentunya tidak boleh lepas dari psetiap asset yang berperan, bagai rantai makanan yang tentunya akan terjadi ketimpang jika salah satu asset yang berperan menghilang. Maka dari itu sangat diharapkan sekali agar setiap asset baik itu asset utama maupun asset penunjang agar dapat saling berhubungan dan mendukung baik dari segi moril maupun tindakan dalam proses perwujudan Visi yaitu: Terwujudnya generasi masa depan yang berkarakter baik, Gembira (Global diversity, Efektif, Mandiri, Bertanggung jawab, Inovatif, Riang, dan Aktif kreatif) dan cinta lingkungan.

Saya akan tetap secara konsisten membuat kesepakatan kerja sama dengan setiap asset yang berperan secara bertahap dan terus melakukan evaluasi secara berkala terhadap perwujudan Visi yang telah dibuat agar nantinya dapat disepakati bersama dan dapat dijalankan dengan baik demi Terwujudnya generasi masa depan yang berkarakter baik, Gembira (Global diversity, Efektif, Mandiri, Bertanggung jawab, Inovatif, Riang, dan Aktif kreatif) dan cinta lingkungan.

 

Dokumentasi Kegiatan

Berikut beberapa dokumentasi pelaksanaan aksi nyata.

Foto 1 dan 2: Meminta ijin kepada bapak Kepala SMPN 2 Gianyar dan pemuka agama di sekolah tentang perwujudan visi CGP melalui kegiatan perpisahan kelas IX


 
Foto 3 dan 4: Sosialisasi tentang perwujudan visi CGP kepada komite dan waka sekolah melalui kegiatan perpisahan kelas IX

Foto 5 dan 6: Sosialisasi tentang perwujudan visi CGP kepada para wali dan dewan guru di sekolah melalui kegiatan perpisahan kelas IX

Foto 7 dan 8: Sesi latihan untuk persiapan unjuk kreativitas guru dan siswa di SMPN 2 Gianyar melalui kegiatan perpisahan kelas IX


Foto 9 dan 10: Siswa melakukan kebersihan dan menanam pohon di sekitar lingkungan sekolah dalam mengisi waktu persiapan unjuk kreativitas di SMPN 2 Gianyar melalui kegiatan perpisahan kelas IX

Foto 11 dan 12: Kegiatan perpisahan siswa kelas IX yang dilaksanakan secara sederhana melalui penyerahan hadiah bagi peraih juara dan upacara bendera 

Foto 13 dan 14: Unjuk kreatifitas siswa dalam kegiatan perpisahan siswa kelas IX  

Foto 15 dan 16: Unjuk kreatifitas siswa dalam kegiatan perpisahan siswa kelas IX

Foto 17 dan 18: Unjuk kreatifitas siswa dalam kegiatan perpisahan siswa kelas IX


Foto 19 dan 20: Unjuk kreatifitas siswa dan guru dalam kegiatan perpisahan siswa kelas IX



Demikianlah hasil aksi nyata pada modul 1.3 visi guru penggerak yang dapat admin bagikan. Semoga bermanfaat.





















Thursday, June 10, 2021

Koneksi antar materi modul 1.3

 VISI GURU PENGGERAK

(Tugas 1.3.a.9. Koneksi Antar Materi)


Gambar 1: Mind Map Koneksi Antar Materi

Setiap manusia memiliki harapan. Setiap insan memiliki kesempatan. Setiap orang memiliki kemampuan dengan kata lain setiap orang memiliki kekuatan positif pada dirinya sendiri yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Setiap mimpi yang ingin diwujudkan memerlukan berbagai cara yang memungkinkan. Angan-angan dan harapan untuk mengubah suatu keadaan. Tak pelak angan-angan tersebut terhempaskan begitu saja karena kesalahan dalam mengambil suatu tindakan yang tidak berlandaskan kesempatan dan kemampuan.

Seperti itulah kiranya gambaran sebuah visi. Visi akan bisa terwujud ketika si pemilik visi bisa menganalisis kemampuan dan mengetahui kesempatan yang dimiliki dalam mewujudkannya. Visi merupakan serangkaian kata yang menunjukkan impian, harapan di masa depan, cita-cita atau nilai inti sebuah keinginan sekelompok orang atau secara pribadi dengan pandangan yang jauh ke masa depan demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas demi kemajuan Pendidikan. Peran seorang guru penggerak adalah untuk menjadi agen transformasi demi Pendidikan Indonesia. Visi tersebut bisa terwujud jika seorang guru penggerak memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan. Salah satu pendekatan manajemen perubahan yang bisa dijadikan pedoman adalah pendekatan INKUIRI APRESIATIF (IA) dengan tahapan BAGJA. Berikut akan disajikan ulasan lebih rinci terkait IA dan BAGJA.

Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA)

IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi positif. IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses managemen perubahan yang biasa. Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat menyelaraskan hal positif atau kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah. Pendapat Cooperider sejalan dengan Peter Drucker (seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen) bahwa perlu mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan dengan satu tujuan, yaitu mengatasi kelemahan.

 

Tahapan BAGJA

Istilah BAGJA merupakan adaptasi dari buah karya Noble & McGrath pada tahun 2016. Dalam Bahasa Sunda BAGJA berarti BAHAGIA. BAGJA merupakan sebuah akronim dari suatu model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif (IA) berbasis kekuatan. Gambar 2 berikut menyajikan tentang arti masing-masing huruf dalam akronim BAGJA.

Gambar 2: Siklus Pada Tahapan BAGJA


Berikut ini akan disajikan sebuah tabel yang akan memudahkan dalam menerapkan tahapan BAGJA dalam ekosistem sekolah.


Tabel 1. Rincian bantuan yang bisa dijadikan pegangan untuk mengimplementasikan tahapan BAGJA

HURUF

ARTI

KEGIATAN

PERTANYAAN PEMANDU

B

Buat Pertanyaan

Menentukan arah Penelusuran

1.  Bagaimana meningkatkan pencapaian murid di semua tingkatan kelas?

2.  Bagaimana membiasakan penumbuhan karakter yang baik di sekolah secara hemat biaya?

3.  Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?

A

Ambil Pelajaran

Menuntun pengambilan pelajaran

v Pada langkah ini fokuskan padas atu pertanyaan utama yang merupakan hasil kesepakatan bersama.

v Pengalaman positif dari individu/kelompok/komonitas diambil pelajaran untuk menjawab pertanyaan di bagian ini.

v Misalnya di B “Buat pertanyaan Utama” dipilih soal nomor 1 hasil kesepakatan bersama, maka pertanyaan lanjutan sebagai pemandu adalah sebagai berikut:

1.  Apa kontribusi yang telah dilakukan dan apakah berjalan dengna baik? Mengapa?

2.  Kebijakan apa yang selama ini mendukung ?

3.  Siapa yang terlibat untuk mendukung ?

4.  Kekuatan/keahlian apa yang kita gunakan selama ini untuk membantu?

G

Gali Mimpi

Menyusun narasi keadaan ideal

1.  Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan merasa?

2.  Bagaimana penampakan lingkungan secara fisik?

3.  Apakah kebiasaan – kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi ?

4.  Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?

J

Jabarkan Rencana

Mengidentifikasi tindakan yang diperlukan (mengambil keputusan)

1.  Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?

2.  Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?

3.  Bagaimana agar setiap orang dalam komonitas sekolah dapat secara informal melakukan improvisasi dan berkontribusi membantu terwujudnya perubahan?

4.  Apa langkah-langkah kecil (baik berurutan / simultan) yang diperlukan?

5.  Apa satu langkah besar (inovatif, berani, terobosan) yang dapat dilakukan untuk terwujudnya perubahan?

A

Atur Eksekusi

Membantu transformasi rencana menjadi nyata

1. Siapa yang akan terlibat untuk mewujudkan rencana?

2. Bagaimana mereka mengkomonikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?

3. Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang segera akan menindaklanjuti/memberikan umpan balik suatu laporan?

4. Siapa yang memonitor batas waktu?


Berdasarkan tabel bantu tersebut diharapkan dapat mempermudah guru penggerak dalam merealisasikan visinya berdasarkan pendekatan IA dengan menggunakan tahapan BAGJA.

 

Lalu bagaimana hubungan VISI, IA, BAGJA dengan peserta didik yang menjadi pusat perhatian dalam Pendidikan?

Berdasarkan gambar 1 tentang peta konsep koneksi antar materi dapat dijelaskan sebagai berikut. Visi (harapan/mimpi) yang berlandaskan pendekatan Inkuri Apresiatif melalui tahapan BAGJA diharapkan mampu mencetak murid dengan profil pelajar Pancasila. Setiap murid memiliki kodratnya masing-masing baik kodrat alam maupun kodrat zamannya. Kedua kodrat tersebut tidak dapat diubah yang dapat diubah hanyalah budi pekerti. Budi, yaitu cipta, rasa, karsa yang meliputi bathin sang anak sedangkan pekerti, yaitu raga/tenaga, upaya, tindakan yang meliputi lahir sang anak. Melalui tahapan BAGJA diharapkan juga dapat memerdekakan sang anak dalam mengembangkan minat dan bakatnya serta memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya bagi sang anak untuk meraih mimpinya. Dengan melakukan analisis melalui tahapan BAGJA pula diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Demikian koneksi antar materi dalam modul 1.3 terkait visi guru penggerak. Kurang lebihnya mohon maaf. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Special Thanks to my "Fasilitator" Bapak I Ketut Latri 💖 atas segala bimbingan dan motivasi yang diberikan. Selalu bersedia meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk tetap memberi semangat dan menuntun kami semua dengan sabar. Terima kasih juga untuk pendamping  Ajik IGN Bagus Aryotejo 💗 yang sangat sabar dalam menemani langkah saya selama pendidikan guru penggerak di modul 1.3. Semoga sehat selalu.





Festival Panen Hasil Belajar

FESTIVAL PANEN HASIL BELAJAR  PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN II PADA KEGIATAN LOKAKARYA KE-7 12-13 NOVEMBER 2021 DI RUMAH LU...