Modul 1.4.a.10 Laporan Aksi Nyata
PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM UPAYA PENINGKATAN SRADA BAKTI DAN CINTA LINGKUNGAN
PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 GIANYAR
Oleh : Ni Putu Wahyuni
CGP Angkatan ke - 2, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
A. Kerangka Aksi Nyata
B. Rancangan Aksi Nyata
C. Latar Belakang
Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang siswa yang aman, nyaman, dan bermakna. Sebuah tempat yang dirancang sedemikian rupa guna dapat mengembangkan murid yang diharapkan dapat menjadi pribadi yang berpengetahuan, berkarakter baik, bertanggung jawab, penuh hormat, dan berpikir kritis. Dalam budaya sekolah meyakini bahwa setiap murid memiliki potensi positif damlam menjalani kodrat mereka sebagai seorang anak baik itu menyangkut kodrat alam maupun kodrat zaman. Dalam pengembangan keterampilan serta sikap yang dimiliki tersebut sekolah bertujuan untuk mewujudkan siswa yang memiliki profil pelajar Pancasila melalui penerapan budaya positif. Budaya positif mengajarkan kita agar dapat membiasakan sikap disiplin positif yang mengajarkan murid dalam berketerampilan sosial dan memiliki kehidupan saling menghormati dan kesadaran dari dalam diri.
Disiplin positif menekankan pada membangun kekuatan murid dari pada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif mereka untuk mempromosikan perilakau baik yang mereka miliki. Hal ini memberikan pedoman yang jelas bagi murid untuk berperilaku yang dapat diterima, dan mendukung mereka untuk memiliki kesadaran dalam mematuhi pedoman ini.
D. Deskripsi Aksi Nyata
Dalam mengupayakan budaya ajar yang baik, budaya positif di sekolah tidak berdiri sendiri. Karena dibutuhkan sinergitas antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam pembiasaan-pembiasaan positif yang diterapkan. Pembiasaan positif dan percaya akan kekuatan diri akan membudaya dan berakar, sehingga menjadi budaya yang dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif dan berketerampilan sosial di sekolah. Mengapa harus disiplin positif, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin dan menunjukkan kekuatan diri yang berdasarkan kesadaran individunya. Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya taat terhadap sebuah aturan dan pentingnya siswa dalam menyadari kekuatan dirinya agar dapat lebih percaya diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati baik itu di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Taat bukan karena ada konsekuensi dibalik semua itu, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri. Mulai dari diri yang merupakan ciri dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk.
Penerapan budaya positif seperti religius, disiplin dan toleransi antar sesama dikaitkan dengan nilai-nilai profil Pelajar Pancasila yaitu: Beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, kemandirian, bernalar kritis, kreatif, bersifat kebhinekaan dan bergotong royong. Dimana nilai-nilai itu akan menjadi dasar pembiasaan positif. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong royong sesama.
Dalam perwujudan Visi guru penggerak sebelumnya, peran seluruh warga sekolah erat kaitannya dengan seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga sekolah bersinergi dan saling menguatkan serta menumbuhkan kekuatan diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati melalui pembiasaan-pembiasaan positif. Jika pembiasaan sudah membudaya, dan menjadi karakter individunya dalam sebuah institusi sekolah maka akan dengan mudah visi dari guru penggerak diciptakan. Begitu juga nilai-nilai dan peran guru penggerak yaitu pembelajaran berpusat pada murid, dengan kolaborasi, refleksi, guru akan mudah berinovasi dan kemandirian belajar menjadi sebuah keniscayaan jika karakter guru nya kuat. Mengapa harus berpusat pada murid, karena sesuai dengan refleksi filosofi pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran dengan sistem among. Guru sebagai fasilitator di depan menjadi contoh, ditengah sebagai penyemangat dan di belakang menjadi pendorong demi majunya sebuah Pendidikan yang bermula dan berpusat pada kebutuhan murid.
Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan menguatkan apa yang sudah menjadi budaya dan iklim baik di sekolah. Memunculkan kekuatan, dan menyamarkan hal-hal yang bersifat stagnan. Sehingga yang diharapkan semua bergerak untuk menuju perubahan yang signifikan. Dengan berkolaborasi membentuk kekuatan diri dan menerapkan disiplin positif yang akan menjadi budaya sekolah sehingga siswa dapat berketerampilan sosial dan saling menghormati antara teman di lingkungannya baik di sekolah, rumah maupun di masyarakat. Dengan memulainya dari kekuatan diri, menjadi kekuatan kelas, dan kekuatan sekolah.
Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi dari guru penggerak. Kelas adalah miniatur dari sekolah, dan sekolah adalah miniatur dari bangsa. Bangsa yang berbudi pekerti baik serta berdisiplin positif bermula dari bangku-bangku di sekolah. Sehingga bagaimana menumbuhkan budaya positif adalah bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas dan upaya guru berinteraksi dengan muridnya.
Bagaimana menyentuh individu-individu agar memiliki kekuatan diri dalam berketampilan sosial dan saling menghormati bisa diawali dengan menciptakan iklim komunikasi dua arah dimana hal ini merupakan cara efektif mengetahui harapan-harapan dari seorang murid terhadap proses pembelajaran yang dia peroleh dan impikan. Pentingnya mengetahui harapan dan impian murid adalah salah satu Tindakan reflektif dalam proses pembelajaran serta penerapan nilai dan peran guru.
Komunikasi dua arah juga memberikan kesempatan murid bertanya, dengan pembiasaan bertanya disinilah awal mula kekuatan diri muncul dan membentuk karakter bernalar kritis. Kekuatan diri ini akan menimbulkan rasa percaya diri pada murid karena merasa dihargai dan didengarkan. Ketika murid memiliki aspirasi dan dapat mengeluarkan pendapatnya itu merupakan suatu apresiasi luar biasa bagi sebuah interaksi guru dan murid. Membangun kekuatan diri murid adalah sangat penting karena dengan kekuatan diri ini akan muncul kepercayaan diri pada murid yang akan menjadi bekal untuknya dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati antar sesama teman dan guru di lingkungan sekolahnya. Ketika empati dan karakter lain seperti bernalar kritis muncul sebagai akibat dari sebuah interaksi disitulah akan muncul kreatifitas dan inovasi-inovasi murid. Sehingga karakter dan budaya positif akan dengan sendirinya muncul berawal dari pembiasaan positif di kelas.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, diantaranya mengaktifkan kegiatan pesraman sekolah dan menyadarkan siswa arti pentingnya dalam merawat lingkungan di sekolah dalam kaitannya Srada Bhakti dan cinta lingkungan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap pola dan kebiasaan siswa dalam berinteraksi terhadap sesamanya. Dampak yang ingin dilihat adalah kesadaran siswa akan kekuatan positif yang dimiliki oleh dirinya sehingga dapat berketarampilan soasial dan saling menghormati dan memiliki kesadaran dalam berdisiplin positif sehingga dapat membangun budaya positif dimanapun murid tersebut berada. Berawal dari peran guru penggerak dalam membudayakan disiplin positif dengan mengubah paradigma disiplin menjadi disiplin positif.
Linimasa tindakan yang akan dilakukan
1. Sosialisasi Budaya Positif kepada semua pemangku kepentingan disekolah
2. Membangun komonikasi dua arah antar guru sejawat dalam rangka membangun kekuatan diri siswa dalam berinteraksi sosial dan saling menghormati antar sesama siswa dan siswa dengan gurunya di sekolah.
3. Membangun disiplin positif siswa dalam menerapkan budaya positif baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat melalui peningkatan Srada Bhakti dan cinta lingkungan.
4. Merefleksi kegiatan disiplin positif dalam rangka membudayakan Srada Bhakti dan cinta lingkungan dalam upaya meningkatkan kekuatan diri dalam berketerampilan sosial dan saling menghormati baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru.
Aksi nyata kali ini bertujuan menumbuhkembangkan budaya positif di sekolah. Mengajak semua masyarakat sekolah dan pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyebar secara menyeluruh ke semua aspek sekolah terutama dikalangan murid dengan motivasi dan dukungan para guru pengampu mata pelajaran serta bimbingan wali kelas dalam disiplin positif yang yang telah dibiasakan sehingga dapat menjadi budaya yang telah mengakar dan menjadi nilai dari kekuatan diri.
Untuk menerapkan pembiasaan dari budaya positif ini diperlukan komonikasi dua arah antara guru penggerak dengan pemangku kepentingan, karena konsekuensi bersama terhadap sebuah aturan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan kesepakatan bersama yang dirancang di dalam kegiatan pesraman dalam upaya meningkatkan Srada bakti dan cinta lingkung. Srada Bakti dapat meningkatkan kekuatan yang ada pada diri siswa sehingga mereka dapat memiliki keterampilan dalam berinteraksi sosial dan saling menghormati terhadap sesaman teman dan gurunya, Dimana kita ketahui, belakang banyak sekali terjadi kejadian dan permasalahan ketika hilangnyanya kesadaran murid dalam menghormati sesamanya bahakan terhadap gurunya sendiri. Karakter baik haruslah mulai dibangun dari diri sendiri dan dibiasakan oleh lingkungannya sehingga dapat menjadi sebuah budaya positif.
Kegiatan kedua yang dilakukan selain pesraman adalah piket harian yang dilaksanakan secara bergilir oleh seluruh siswa dan tersebar di seluruh lingkungan sekolah dalam rangka menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri. Ketika lingkungan tempat siswa belajar baik, maka siswa akan dapat menyerap pelajaran dengan baik pula. Siswa menyadari hal ini dan dengan disiplin datang tepat waktu di setiap jadwal piketnya, dan dengan penuh kesadaran melaksanakan tugas mereka di bagian yang telah ditentukan.
E. Hasil Dari Aksi Nyata
Proses pelaksanaan kegiatan pesraman